Gudeg Lesehan dan Parkiran Mengapa Gemar ‘Nuthuk’?

Gudeg Lesehan dan Parkiran Mengapa Gemar ‘Nuthuk’? - Sahabat Info Tekno semuanya, kali ini Informasi Teknologi akan memberikan informasi teknologi terbaru dan mungkin penting untuk anda baca dengan judul Gudeg Lesehan dan Parkiran Mengapa Gemar ‘Nuthuk’? yang telah kami analisa dan kami persiapkan dengan matang untuk anda baca informasi teknologi terbaru kali ini. Semoga imformasi dunia teknologi yang kami sajikan mengenai Artikel Teknologi, yang kami tulis ini dapat anda jadikan pengetahuan di dunia teknologi dan anda tidak kudet lagi dan menjadi manusia yang update teknologi.

Judul : Gudeg Lesehan dan Parkiran Mengapa Gemar ‘Nuthuk’?
link : Gudeg Lesehan dan Parkiran Mengapa Gemar ‘Nuthuk’?

Infotekno-Baru

NUTHUK dalam pengertian umum bahasa Jawa, adalah pasang harga yang gila-gilan jauh dari kewajaran. Belakangan kata ‘nuthuk’ banyak dipergunjingkan wisnu (wisatawan nusantara) dan wisman (wisatawan manca negara) di Yogyakarta. Sebab setelah penjual gudeg lesehan di Malioboro, kini juru parkir pun ikut-ikutan ‘nuthuk’ pengendara.

Nuthuk adalah kata kerja (tembung kriya) yang bermakna memukul, karena kata dasarnya adalah “thuthuk” yang bermakna pukul. Namun dalam pengertian umum Bahasa Jawa, terutama lihat konteks kalimatnya, nuthuk bermakna pasang harga yang tidak wajar, sangat merugikan konsumen. Tapi awas, di Solo kata itu bisa bermakna sangat lain dan sangat mesum, karena di sana bisa dimaknai – maaf– hubungan intim.

Di kalangan wisman dan wisnu yang mengunjungi Yogya, kata-kata nuthuk belakangan sangat populer. Karena mereka sering jadi korban praktek nuthuk tersebut. Awalnya bermula dari ulah pedagang gudeg lesehan di Jalan Malioboro di malam hari, yang cari untung secara membabi buta.

Kasihan juga memang wisman dan wisnu tersebut. Sudah “diteror” oleh pengamen yang sangat mengganggu ketika mereka makan, eh…saat membayar diberi tarif yang gila-gilaan. Mestinya tarif wajar hanya Rp100.000, tahu-tahu harus bayar Rp150.000. Mau ribut bagaimana, makanan sudah masuk perut mana mungkin dimuntahkan lagi. Pemda DIY sampai ikut turun tangan, memberikan sanksi pada pedagang yang suka nuthuk pembeli tersebut.

Tapi celaka tiga belas! Ulah nakal pedagang gudeg lesehan di Malioboro berhasil ditertibkan, kini muncul para juru parkir di jalan-jalan Yogyakarta. Mereka juga berulah, pasang tarif semaunya. Parkir mobil mustinya hanya Rp2.000 oleh juru parkir digorok hingga Rp20.000 hingga Rp30.000.

Ini terjadi di Alun-alun Lor, juga Jalan Perwakilan samping DPRD sebelah selatan. Dinas Perhubungan dan polisi pun turun tangan. Juru parkir nakal sampai ditindak lewat sidang Tipiring (tindak pidana ringan). Sebab polisi bisa mengenakan mereka dengan pasal pemerasan.
Paling aman adalah, tanya dulu sebelum makan atau parkir, ketimbang jadi korban ‘thuthuk-menuthuk’ tersebut. Repotnya, wisnu yang rewel semacam ini bisa dibilang: Ndeso! –gunarso ts

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Gudeg Lesehan dan Parkiran Mengapa Gemar ‘Nuthuk’? : http://ift.tt/2zF2V6Y

Demikian Informasi Teknologi Gudeg Lesehan dan Parkiran Mengapa Gemar ‘Nuthuk’?

Informasi Gudeg Lesehan dan Parkiran Mengapa Gemar ‘Nuthuk’? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Baca juga


Gudeg Lesehan dan Parkiran Mengapa Gemar ‘Nuthuk’?


Anda sekarang membaca artikel Gudeg Lesehan dan Parkiran Mengapa Gemar ‘Nuthuk’? dengan alamat link https://infotekno-baru.blogspot.com/2017/12/gudeg-lesehan-dan-parkiran-mengapa.html

Subscribe to receive free email updates: