Siapa Salah, Siapa Benar?
Judul : Siapa Salah, Siapa Benar?
link : Siapa Salah, Siapa Benar?
INI soal pilihan hidup. Orang zaman dulu punya sedikit pilihan, sehingga sikap hidup pun cenderung menerima apa adanya. Sekarang? Hidup sekarang banyak pilihan. Banyak orang pintar, banyak ilmu. Tetapi, sayang, dimensi spiritualnya tipis-tipis.
Orang dulu memegang prinsip bahwa tugas adalah segalanya, dibela sampai mati, demi harga diri seorang kesatria. Orang Jawa, misalnya, punya susunan abjad ‘hanacaraka’ yang menggambarkan filosofi itu.
Abjad ‘hanacaraka’ memuat kisah tentang seorang pemimpin yang memiliki dua pembantu. Sayangnya, sang pemimpin tidak bijaksana, atau malah licik, sehingga dua pembantu itu serba salah ketika menjalankan tugas. Bagaimana tidak?
Satu pembantu disuruh menjaga pusaka, tidak boleh ada orang lain mengambilnya. Ternyata, sang pemimpin juga mengutus seorang pembantu lainnya untuk mengambil pusaka itu dan harus berhasil. Apa yang terjadi?
Kedua utusan itu, tentu, harus memegang sumpah tugas masing-masing. Keduanya berdebat, sampai berkelahi. Kesaktiannya berimbang. Keduanya gugur menjalankan tugas. Inilah prinsip prajurit. Gugur dalam tugas adalah kebanggaan. Bukan cari keselamatan sendiri.
Di perwayangan sering muncul adegan perang kembang Buta Cakil melawan Arjuna, berakhir dengan tewasnya si Buta Cakil. Arjuna selalu diunggulkan dan dipuja sebagai kesatria hebat.
Orang lupa, Buta Cakil adalah petugas setia dengan misi menjaga suatu kawasan hutan. Siapa pun tak boleh masuk tanpa izin atasannya. Arjuna memaksa, akhirnya membunuh si petugas yang setia pada sumpah jabatannya itu.
Bagi kebanyakan orang Jawa, Buta Cakil diidentikkan dengan tokoh jelek, jahat, penghalang kesatria macam Arjuna. Tapi, nanti dulu. Mari kita lihat, siapa yang angkara murka, memaksakan kehendak dan membunuh orang yang menghalanginya? Dan, siapa bawahan yang setia pada tugasnya sampai mati? Siapa sesungguhnya si kesatria itu?
Itulah politik. Pencitraan telah menggelembungkan nama Arjuna sebagai orang yang serba unggul, patut diteladani. Orang lupa, tokoh ini banyak kelemahan juga, tapi kelemahan itu ditekan ke bawah demi citra positifnya.
Ya, siapa pun bisa berbeda-beda melihatnya. Masing-masing punya dalih untuk membenarkan pendapatnya. Bagi yang awam, tak ada pilihan lain: cuma bisa melongo, tidak paham mana yang benar dan mana yang tidak benar, mana yang baik dan mana yang tidak baik. Mau bagaimana lagi? –yuwono
Baca Kelanjutan Siapa Salah, Siapa Benar? : http://ift.tt/2Ae48DsDemikian Informasi Teknologi Siapa Salah, Siapa Benar?
Siapa Salah, Siapa Benar?
Anda sekarang membaca artikel Siapa Salah, Siapa Benar? dengan alamat link https://infotekno-baru.blogspot.com/2017/12/siapa-salah-siapa-benar.html