Saat Capres dan Cawapres Dijajakan Seperti Asongan

Saat Capres dan Cawapres Dijajakan Seperti Asongan - Sahabat Info Tekno semuanya, kali ini Informasi Teknologi akan memberikan informasi teknologi terbaru dan mungkin penting untuk anda baca dengan judul Saat Capres dan Cawapres Dijajakan Seperti Asongan yang telah kami analisa dan kami persiapkan dengan matang untuk anda baca informasi teknologi terbaru kali ini. Semoga imformasi dunia teknologi yang kami sajikan mengenai Artikel Teknologi, yang kami tulis ini dapat anda jadikan pengetahuan di dunia teknologi dan anda tidak kudet lagi dan menjadi manusia yang update teknologi.

Judul : Saat Capres dan Cawapres Dijajakan Seperti Asongan
link : Saat Capres dan Cawapres Dijajakan Seperti Asongan

Infotekno-Baru

DI era Orde Baru, tabu tokoh di luar Soeharto bermimpi jadi Wapres, apalagi Presiden. Maka berkat Amien Rais, sejak 1999 rakyat boleh bermimpi jadi Cawapres dan Capres. Saking begitu bebasnya berdemokrasi, tak punya dukungan parpol pun sejumlah tokoh menjajakan diri jadi Capres dan Cawapres, sampai seperti pedagang asongan saja.

Jaman Pak Harto dulu, tokoh cap apapun sungkan mencalonkan diri sebagai Capres. Sebab Capres itu hak mutlak Pak Harto sendiri. Untuk Cawapres juga begitu, orang lain tak boleh bermimpi atau mengusulkan. Semua terserah selera Pak Harto. Bila ada orang bicara suksesi pemimpin nasional selalu disebut tidak etis.

Tapi setelah Amien Rais unjuk gigi Mei tahun 1998, disusul dengan tumbangnya Orde baru dan Pak Hartonya, demokrasi terbuka seluas dan sebebas-bebasnya. Boleh bikin partai seberapapun, tokoh yang punya kapasitas boleh bermimpi jadi Capres maupun Cawapres. Syaratnya, harus punya dukungan parpol.

Memang hanya parpol yang boleh mengusung Capres dan Cawapres. Di sinilah kemudian terjadi politik “sadeyan lembu” alias dagang sapi. Siap mendukung (masuk koalisi) sang Capres maupun Cawapres asalkan ada sejumlah kader partainya, dapat posisi (mentri) jika menang Pilpres.

Saking bebasnya berdemokrasi, banyak tokoh yang kepedean. Meski belum/tidak punya dukungan parpol berani pula memproklamirkan diri sebagai Capres. Misalnya saja Rizal Ramli mantan Menko Maritim, atau Gatot Nurmantyo mantan Panglima TNI. Bahkan Muhaimin Iskandar, mentang-mentang punya parpol PKB, dia mendesak-desak Jokowi untuk menggandengnya jadi Cawapres.

Ibarat berjualan, Capres-Cawapres belum punya dukungan parpol kan sama saja pedagang yang belum punya pembeli. Agar laku maka diasongkanlah, ke sana kemari, “Capres, Cawapres, ayo-ayo masih anget, masih anget.”

Yang kasihan timses atau relawannya. Mereka harus kerja mati-matian untuk meningkatkan elektabilitas jagoannya, agar dagangan itu “dibeli” parpol. Meski lembaga survei sudah mengingatkan, elektabilitasnya jeblok, tetap tidak peduli. Alasannya, tidak percaya pada survei, wong hanya pesanan

Paling pede mungkin Rizal Ramli, belum apa-apa sudah sesumbar, “Jika jadi presiden, akan segera tangkap 100 orang brengsek.” Sedangkan Gatot Nurmantyo cukup semeleh (pasrah), “Jadi atau tidaknya sebagai Capres, masih menunggu takdir.” –gunarso ts

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Saat Capres dan Cawapres Dijajakan Seperti Asongan : https://ift.tt/2I3jnEa

Demikian Informasi Teknologi Saat Capres dan Cawapres Dijajakan Seperti Asongan

Informasi Saat Capres dan Cawapres Dijajakan Seperti Asongan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Baca juga


Saat Capres dan Cawapres Dijajakan Seperti Asongan


Anda sekarang membaca artikel Saat Capres dan Cawapres Dijajakan Seperti Asongan dengan alamat link https://infotekno-baru.blogspot.com/2018/04/saat-capres-dan-cawapres-dijajakan.html

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :