Menghibur Diri, Melawan Hati Nurani
Judul : Menghibur Diri, Melawan Hati Nurani
link : Menghibur Diri, Melawan Hati Nurani
BERUNTUNGLAH kita hidup di Indonesia, negeri yang subur makmur, gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja, yang bisa membuat kita hidup sejahtera. Subur yang ditanam, para pemimpinnya arif bijaksana, pasar terdengar semarak.
Begitu seharusnya. Nyatanya? Di negeri subur makmur ini rakyatnya celaka dua belas. Sudah hidup sengsara, perbedaan antara yang memiliki harta berlebihan dan rakyat yang bertambal sulam utang tampak menonjol. Mobil-mobil baru berseliweran di jalan-jalan, ada yang bilang itu simbol kemakmuran.
Kemakmuran? Makmur dengan sport jantung karena para pemilik mobil itu dihantui kedatangan debt collector dari leasing? Entahlah.
Di sisi lain, masih di jalanan, awak angkutan umum dan wong cilik lainnya bertarung dengan kerasnya hidup untuk bisa menyelamatkan hidup keluarganya.
Sudah begitu, punggawa negara banyak yang sibuk dengan diri sendiri, ikut bersengkarut kata di medsos yang menambah kegaduhan publik. Mereka membunuh hati nuraninya untuk mempertahan kursi empuknya. Mereka bertahan melawan hati nurani, karena duduk di kursi kekuasaan memang enak.
Rakyat yang celaka tak ada yang memikirkan. Selain sibuk bersilat lidah, mereka yang berkuasa juga lebih memilih membuat hiburan dan sensasi-sensasi murahan, demi popularitasnya. Itu berlangsung secara terbuka, di era yang katanya menuju kehidupan demokratis penuh pemuliaan terhadap hak-hak asasi manusia seperti di negara-negara luar sana, yang terbukti berhasil membuat banyak pemuda-pemudi ingin menjadi warga negaranya.
Membangun dan mempertahankan popularitas, mencari pembenaran terhadap kekeliruannya, melakukan hal-hal untuk menghibur diri, kata tukang ramal di emperan toko, biasa terjadi pada mereka yang gamang, tak tahu harus berbuat apa.
Mereka sepertinya punya persoalan psikologis yang amat berat. Hanya orang dengan beban psikologis yang begitu menekanlah yang mencari hal-hal untuk menghibur diri. Hidupnya penuh beban, lemah tanpa daya, lehernya tercengkeram oleh pihak-pihak yang memegang kartu trufnya. Ia menjadi sandera.
Kasihan sekali mereka, tersandera hidupnya karena membohongi diri sendiri. Yang lebih kasihan lagi adalah rakyat yang begitu percaya dan terpesona pada sandiwara-sandiwara sang penguasa yang dilancarkan oleh agen-agen pendukungnya. Kasihan. (yuwono)
Baca Kelanjutan Menghibur Diri, Melawan Hati Nurani : http://ift.tt/2Ft3XdhDemikian Informasi Teknologi Menghibur Diri, Melawan Hati Nurani
Menghibur Diri, Melawan Hati Nurani
Anda sekarang membaca artikel Menghibur Diri, Melawan Hati Nurani dengan alamat link https://infotekno-baru.blogspot.com/2018/03/menghibur-diri-melawan-hati-nurani.html